Sahabat yang Tak Diizinkan Rasulullah SAW Ikut Perang Uhud

Surau.co - Abu Said al Khudri adalah sahabat yang mencintai ilmu dan jihad. Kegigihannya dalam mendakwahkan Islam tercatat dalam sejarah. Ia lahir kurang lebih tahun ke-3 setelah Muhammad diustus menjadi Rasul Allah. Ia semangat berjuang di jalan Allah. Ia hanya tak ikut dalam dua peperangan, Badar dan Uhud, karena usia yang terlalu muda. Ketika Abu Said Al Khudri berumur 13 tahun, perang Uhud berlangsung. Di usianya yang masih terbiang muda, Abu Said remaja telah diajak ayahnya untuk turun dalam perang itu. Meski tak diwajibkan berperang, ayahnya ingin putranya tersebut terjun dalam medan tempur. Singkat kisah, keberadaannya diketahui Rasulullah SAW. Lantas Rasul melarangnya untuk ikut pertempuran ini. Meski ayahnya berdalih bahwa Abu Said adalah anak yang kuat dan punya semangat tinggi, Rasul tetap menolaknya. Dalam perang itu, ayahnya, yaitu Malik Ibn Sinan mati syahid. Ketika di medan perang, Malik adalah salah satu sahabat yang melindungi dan menjaga Rasulullah SAW. Ayahnya meninggal tanpa meninggalkan harta benda untuk anak-anaknya yang masih kecil. Hal tersebut membuat Abu Said dan saudaranya Furai’ah bin Malik kerap mengalami kesusahan. Kendati demikian, iman mereka tak goyah, tapi malah makin tebal. Mereka menganggap, kerepotan yang mereka hadapi di dunia merupakan ujian kesabaran. Ketika Abu Said al Khudri Berniat Meminta Bantuan kepada Rasulullah Suatu hari, Abu Said al Khudri tak punya uang sama sekali untuk membeli makanan. Ia berniat minta bantuan kepada Rasulullah. Di Masjid Nabawi, tempat majelis Rasulullah digelar, ia menjejakkan kaki dan berniat mengadu pada Nabi. Namun, belum sempat berbicara pada Nabi, Abu Said mendengar khutbah Rasulullah SAW. Dalam khutbah itu, Rasul bersabda, “Barang siapa yang menahan nafsu karena Allah SWT, niscaya Allah akan mencukupinya. Dan barang siapa yang meminta kekayaan karena Allah, niscaya Allah akan memberikannya kekayaan.” Abu Said merasa khutbah itu ditujukan kepadanya. Karena itu, meski belum menyampaikan keinginannya pada Nabi, ia memilih untuk bergegas pulang dan bersabar. Tanpa diduga, berkat kesabaran dan kelapangan hati, Abu Said dan saudaranya terus menerus mendapatkan rezeki dari berbagai tempat. Abu Said al Khudri: Satu dari Tujuh Periwayat Hadis Terproduktif Ia merupakan sahabat dari golongan Anshar yang paling banyak meriwayatkan hadist nabi. 1170 hadis diriwayatkan melaluinya. Ia masuk dalam tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis. Karena meraiwayatkan ribuan hadis Rasulullah, Abu Said masuk golongan sahabat mukatsirin. Ribuan hadis itu diriwayatkannya lewat hafalan. Betapa besar karunia Allah SWT pada Abu Said. Bahkan, Hanzalah bin Abi Sufyan, meriwayatkan dari para syaikhnya, mengatakan, “Kami tak mengetahaui pemuda dari kalangan Nabi yang lebih alim dari Abu Said al Khudri.” Abu Said selalu belajar dan mengikut Rasulullah dengan kesungguhan serta ketaatan yang luar biasa. Jadi, tak heran bila banyak dijuampai hadis Nabi yang diriwayatkan olehnya. Mulai dari hadis mengenai adab, hukum Islam, peristiwa sejarah hingga akidah. Kesungguhan belajar dan ridho Allah kemudian membawa Abu Said menjadi seorang alim. Ia menjadi mufit sahabat. Namun, Abu Said tak hanya belajar kepada Rasulullah. Kecintaannya pada ilmu membuat Abu Said juga meriwayatkan dari para sahabat yang lebih senior seperti Khulafaur Rasyidin. Dengan kelimuannya itulah nama Abu Said menjadi rujukan bagi sahabat sebayanya. Di antaranya, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, dan Jabar bin Abdillah. Selain itu, Abu Said termasuk sahabat yang memiliki kekhusyukan tingkat tinggi saat ibadah salat. Sebuah kisah menceritakan bahwa saking khusyuknya salat sampai-sampai ia tak menghiraukan ada anak panah menancap pada dirinya. Suatu waktu ketika Abu Said diminta menjaga Rasulullah SAW, ia menunaikan salat di semak belukar. Mendadak musuh memanahnya tepat di dada. Meski darah mengucur, Abu Said yang saat itu menunaikan salat malam tak terasa tertusuk panah. Kemudian panah berikutnya menancap mengenai tubuhnya lagi. Jika bukan karena khawatir terbunuh, ia mungkin akan tetap meneruskan ruku’ lalu sujud. Begitulah ketaatan Abu Said al Khudri. Baca juga: Haru Abu Quhafah Bertemu Putranya Ketika Menunaikan Haji
http://dlvr.it/SG58GV

Posting Komentar

0 Komentar
* Mohon Jangan Spam Disini. Semua Komentar ditinjau oleh Admin

News

iklan banner